Partai Gerindra lahir dari keprihatinan terhadap kondisi rakyat yang terjerat kemiskinan akibat ulah segelintir orang yang mengabaikan kesejahteraan bersama. Awal mula gagasan pendirian partai ini muncul dari percakapan antara intelektual muda Fadli Zon dan pengusaha Hashim Djojohadikusumo dalam perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta pada November 2007. Saat itu, mereka membahas kondisi politik nasional yang dianggap sudah menyimpang dari nilai-nilai demokrasi. Demokrasi dinilai telah dibajak oleh kelompok-kelompok berkepentingan yang memiliki kekuatan modal besar, sementara rakyat hanya dijadikan alat. Mereka yang tidak memiliki kekuasaan ekonomi maupun politik mudah menjadi korban. Salah satu korban dari sistem itu adalah Hashim sendiri, yang kala itu dituding mencuri benda purbakala dari Museum Radya Pustaka di Solo, meskipun niatnya adalah untuk melestarikan cagar budaya. Peristiwa tersebut semakin menguatkan keyakinan bahwa bila keadaan dibiarkan, negara akan dikuasai oleh para mafia. Fadli Zon bahkan mengutip pernyataan Edmund Burke, The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. Kata-kata tersebut menginspirasi Hashim untuk mendukung ide pembentukan partai baru yang bisa memberi harapan dan arah baru bagi bangsa. Tujuannya adalah agar pemerintahan dapat dijalankan oleh orang-orang yang peduli terhadap kesejahteraan rakyat, bukan demi kepentingan kelompok tertentu. Gagasan ini mulai dibahas secara serius di kalangan orang-orang dekat Hashim dan Prabowo Subianto. Meski ada yang menyarankan agar Prabowo tetap di Partai Golkar, peluangnya untuk menjadi ketua umum kecil karena posisi itu masih dipegang oleh Jusuf Kalla. Akhirnya, setelah diskusi panjang, diputuskan untuk membentuk partai baru dengan visi perjuangan untuk rakyat. Pada Desember 2007, beberapa tokoh seperti Fadli Zon, Ahmad Muzani, Halida Hatta, Tanya Alwi, dan Sufmi Dasco Ahmad berkumpul di markas Institute for Policy Studies di Bendungan Hilir untuk menyusun anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai. Prosesnya begitu intens sampai Fadli Zon sempat dirawat selama dua minggu. Meskipun sempat pesimistis, semangat Hashim tidak padam, dan pendirian partai terus berjalan. Nama Gerindra diciptakan oleh Hashim, sementara lambang burung garuda digagas oleh Prabowo. Partai Gerindra resmi dideklarasikan pada 6 Februari 2008, berdekatan dengan masa kampanye Pemilu. Dalam deklarasinya, Gerindra menyampaikan visi, misi, dan manifesto perjuangan untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang merdeka, bersatu, demokratis, adil, makmur, beradab, dan berketuhanan, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Gerindra melihat bahwa budaya bangsa dan wawasan kebangsaan adalah kekuatan untuk mempersatukan rakyat. Namun, sistem politik dan ekonomi yang berlaku belum mampu mengangkat mayoritas rakyat dari kemiskinan. Sistem ekonomi pasar justru memperparah ketimpangan sosial dan menambah angka pengangguran. Dalam kondisi seperti inilah Partai Gerindra hadir untuk memperjuangkan sistem ekonomi kerakyatan dan mendorong kemandirian bangsa. Dengan semangat pengabdian kepada negara, Gerindra bertekad memperjuangkan kemakmuran dan keadilan di seluruh aspek kehidupan.